Selasa, 26 Agustus 2014


PUNDEN KANDANG MAS

PROFIL DESA KANDANGMAS
Gambar Tugu Selamat Datang
Masuk Desa Kandangmas,........??? Gambar di atas adalah tugu pertanda masuk kawasan Desa Kandangmas. Tugu yang sama seperti itu ada 3 buah yang didirikan pada perbatasan desa. Mungkin bagi sebagian banyak orang yang tinggal di luar Kota Kudus nama desa ini cukup asing dan unik ditelinga, tapi saya yakin bagi penduduk asli Kota Kudus tahu atau pernah mendengar mengenai Desa Kandangmas ini. Ya, desa ini terletak didaerah Kudus bagian utara tepatnya di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.. Desa Kandangmas adalah sebuah desa yang cukup terkenal dengan letaknya dilereng Gunung Muria yang berjarak 11 km dari pusat Kota Kudus. Disamping itu juga tempat tumbuhnya berbagai buah-buahan yang banyak digemari orang-orang yang sukar tumbuh didaerah dataran rendah seperti rambutan/ace rafia, mangga dan durian. Di Desa Kandangmas juga ada yang istimewa yaitu terdapatnya sebuah makam kramat disebelah utara desa tepatnya di dukuh Masin. Makam tersebut dikenal sebagai Makam Keramat Masin Raden Bagus Rinangku dan Raden Ayu Dewi Nawangsih. Dibawah ini adalah gambar papan ketika hendak masuk ke makam. 

Gambar Papan Makam Keramat
Sedikit cerita rakyat mengenai makam keramat tersebut adalah, pada zaman dahulu kala pada masa para wali 9 tepatnya adalah cerita sunan muria yang lebih dikenal dengan Raden Umar Said. Raden Ayu Dewi Nawangsih adalah putri dari kanjeng sunan muria yang dulunya tinggal di sekitar Gunung Muria yang sekarang lebih dikenal dengan nama Desa Colo. Raden Ayu Dewi Nawangsih terlibat masalah denga Raden Bagus Rinangku yang tidak lain adalah murid ngaji kanjeng Sunan Muria, Kanjeg sunan tidak menyukai hal itu bahkan sampai melarang putrinya untuk berhubungan dengan Raden Bagus Rinangku. Namun karena begitu besar rasa cinta diantara mereka dan mereka sudah tidak bisa dipisahkan lagi, dan akhirnya kanjeng sunan mengusir mereka berdua dari tanah Gunung Muria. Mereka pergi meninggalkan Gunung Muria dan menuju kearah selatan dan tiba disebuah dukuh kecil yang sekarang sudah dikenal sebagai dukuh masin. Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku akhirnya tinggal ditempat itu sampai akhir hayatnya dan dimakamkan didusun itu. Dan sampai sekarang makam mereka masih dikramatkan dan banyak orang-orang dari luar daerah yang biasa berziarah ke makam itu. Mereka memiliki tujuan sendiri-sendiri ketika hendak berziarah ke tempat itu. Di dukuh masin itu sendiri menganggap makam keramat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku sebagai punden desa yang dihormati oleh penduduk sekitar makam.
Disamping cerita mengenai Makam Kramat itu juga ada hubungan yang menyebabkan kenapa jika kita pergi ziarah ke Makam Sunan Muria bersama pasangan yang belum mempunyai ikatan pernikahan, setelah pergi dari Gunung Muria maka hubungan mereka akan berahir atau putus. Karena mitos yang masih berkembang hingga saat ini menganggap bahwa sampai kapan pun Kanjeng Sunan Muria tidak menyukai ada hubungan yang terjalin sebelum pernikahan. Mitos ini masih dipercaya penduduk Kudus, khususnya penduduk sekitar lereng Gunung Muria.
Yah itulah sedikit cerita rakyat yang berkembang di Desa Kandangmas yang cukup menarik dan hampir terkenal di daerah Kudus. Setelah membicarakan cerita rakyat sekarang mengenai profil Desa Kandangmas yang lebih spesifik.
Gambar Kantor Balai Desa
Desa Kandangmas berbatasan dengan beberapa desa lain, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Desa Cranggang, sebelah Selatan dengan Desa Rejosari, sebelah timur dengan Desa Klaling, dan sebelah barat dengan Desa Lau. Luas wilayahnya sendiri adalah 12.918.900 m2, luas pemukiman 201.759 m2, luas persawahan 248.444 m2, luas kuburan 3.000 m2, luas pekarangan 85.150 m2, luas sawah 1.000 m2, luas tegal / ladang 256.594 m2. Warna tanah sebagian besar abu-abu, tekstur tanah lampungan/debuan.
Jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 12.463 orang terdiri dari 6.149 laki-laki dan 6.315 perempuan. Serta jumlah kepala keluarganya adalah 3.867 KK. Pekerjaan penduduk Desa Kandangmas antara lain sebagai petani berjumlah 1615 orang laki-laki dan 1316 orang perempuan, buruh tani berjumlah 761 orang laki-laki dan 667 orang perempuan, PNS berjumlah 86 pegawai laki-laki dan 65 pegawai perempuan, pengrajin industri rumah tangga berjumlah 6 orang laki-laki dan 26 orang perempuan, pedagang keliling berjumlah 3 orang laki-laki dan 21 orang perempuan, peternak berjumlah 6 orang,montir berjumlah 13 orang lai-laki, pembantu rumah tangga berjumlah 21 orang perempuan, TNI berjumlah 3 orang laki-laki, pensiunan POLRI/TNI/PNS 10 orang laki-laki dan 16 orang perempuan, pengusaha kecil & menengah berjumlah 86 orang laki-laki dan 21 orang perempuan, pengacara berjumlah 2 orang laki-laki, dosen swasta berjumlah 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, karyawan perusahaan swasta berjumlah 206 orang laki-laki dan 1432 orang perempuan, sopir berjumlah 141 orang laki-laki, tukang kayu berjumlah 152 orang laki-laki, tukang batu berjumlah 265 orang laki-laki, penjahit berjumlah 102 perempuan,
Agama yang dianut penduduk antara lain 6.143 orang laki-laki dan 6.312 orang perempuan beragama islam, 2 orang perempuan beragam kristen, 6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan beragama katholik sehingga jumlah laki-laki yang beragama adalah 6,149 orang dan perempuan berjumlah 6.315. Seluruh penduduk Desa Kandangmas berkewarganegaraan Indonesia dan tidak ada penduduk asing.
Lembaga pendidikan formal di Desa Kandangmas antara lain: play group berjumlah 4 yang terakreditasi 1 milik kelurahan, jumlah tenaga pengajar ada 12 guru dan jumlah siswa ada 82 siswa. TK berjumlah 4 sekolah, yang terakreditasi ada 2, 1 dimiliki oleh pemerintah, jumlah tenaga pengajar ada 12 guru dan jumlah siswa ada 72 siswa. SD/Sederajat berjumlah 8 sekolah, semua sudah terakreditasi serta 1 miklik pemerintah, jumlah tenaga pengajar ada 77 guru dan jumlah siswa ada 1260 siswa. Sedangkan Pendidikan formal keagamaan anara lain: Raudhatul Athfal berjumlah 1 dan sudah terakreditasi, milik pemerintah, jumlah tenaga pengajar ada 20 guru dan siswanya berjumlah 73 siswa. Ibtidayah berjumlah 3 sekolah yang belum terakreditasi, 1 sekoah milik pemerintah, jumlah tenaga pengajar ada 23 guru serta jumlah siswanya ada 322 siswa.
Prasarana Kesehatan di Desa Kandangmas antara lain: Puskesmas pembantu ada 1 unit, Posyandu berjumlah 8 unit, jumlah rumah/ Kantor praktik dokter ada 1 unit, Rumah bersalin berjumlah 3 unit. Dan Sarana Kesehatan antara lain: dokter umum berjumlah 1 orang, paramedis berjumlah 5 orang, dukun bersalin terlatih berjumlah 3 orang, perawat berjumlah 6 orang, dokter praktik berjumlah 1 orang, bidan swasta berjumlah 3 orang yang bernama, Sukaenah, Umi Latifah, Rahayu Puji Astuti dan 1 orang bidan desa bernama Emi Hartuti. Profil dari bidan desa tersebut adalah sebagai berikut:
Nama : Eni Hartuti
Tempat, tanggal lahir : Kudus, 5 Oktober 1968
Alamat : Kandangmas Rt.3/Rw.XII, Dawe-KUDUS.
Riwayat Pendidikan :
  1. TK Pertiwi 1 Kandangmas pada tahun 1974-1975
  2. SD 6 Kandangmas pada tahun 1975-1981
  3. SMP 1 Kudus pada tahun 1981-1984
  4. SMA 1 Kudus pada tahun 1984-1987
  5. UNISULA DIII Kebidanan pada tahun 1987-1990
Setelah magang di beberapa tempat selama kurang lebih 5 tahun, pada tahun 1995 bidan Emi Hartuti sudah dapat membuka praktik sendiri di rumahnya dan mulai tahun 2000 sudan diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil dan pada tahun 2005 bekerja di Puskesmas Rejosari sampai sekarang.
Kesehatan Masyarakat Desa Kandangmas antara lain kualitas ibu hamil yaitu: Jumlah ibu hamil ada 46 orang, Ibu hamil yang periksa di Posyandu berjumlah 14 orang, ibu hamil yang periksa di Puskesmas berjumlah 6 orang, ibu hamil yang periksa di Bidan Praktik berjumlah 26 orang, dan jumlah ibu hamil melahirkan ada 42 orang. Kualitas bayi adalah sebagai berikut: Jumlah bayi lahir ada 42 orang dan hidup semua, bayi mati usia 0-1 bulan berjumlah 11 anak, bayi mati usia 1-12 bulan berjumlah 165 anak, dan bayi lahir berat kurang dari 2,5 kg berjumlah 2 anak. Kualitas persalinan, tempat persalinan rumah bersalin ada 3 unit, tempat persalinan polindes ada 1 unit, tempat persalinan praktik bidan berjumlah 3 unit, tempat praktik dokter ada 1 unit dan rumah dukun berjumlah 3 unit.
Cakupan Imunisasi bayi adalah sebagai berikut: Bayi usia 2 bulan berjumlah 17 bayi, bayi usia 2 bulan berjumlah 26 bayi, bayi usia 4 bulan berjumlah 46 bayi dan bayi usia 9 bulan berjumlah 111 bayi. Program keluarga berencana adalah sebagai berikut: Jumlah pengguna alat kontrasepsi suntik berjumlah 1600 orang, pengguna metode kontrasepsi spiral berjumlah 17 orang, pengguna alat kontrasepsi kondom berjumlah 126 orang, pengguna metode kontrasepsi pil berjumlah 309 orang dan pengguna metode vasektomi berjumlah 6 orang. Status Gizi Balita adalah sebagai berikut: jumlah balita ada 836 orang, balita bergizi baik berjumlah 606 orang, balita bergizi kurang berjumlah 30 orang dan balita bergizi lebih berjumlah 200 orang.
Itulah sedikit uraian cerita mengenai profil Desa Kandangmas, satu hal lagi yang menjadi daerah ini terkenal yaitu dengan buah-buahannya. Setiap tahun antara bulan November-Januari daerah ini banyak menghasilkan buah seperti mangga, durian & rambutan, bagi pembaca yang gemar dengan buah-buahan diatas bisa mampir ke daerah kami. Sekian artikel pendek dari saya, semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi tempat kunjungan anda. Terima kasih atan kunjungan anda di blog saya, see you,......... ^_^.

KANDANG MAS

KOTA KUDUS

Spiritualitas Dinamika Kehidupan Masyarakat Kudus Modern (Cerita Rakyat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku)

Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang letaknya di pantai utara Jawa, yang dikategorikan sebagai kota kuno, yang dikenal sebagai kota bersejarah. Hal ini terbukti banyak peninggalan sejarah, kepurbakalaan, cagar budaya, tradisi dan adat istiadat leluhur. Terutama, pada transisi agama Hindu ke Islam, yaitu masa berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa.
Perkembangan agama Islam di Kudus dan sekitarnya, yang ditokohi oleh dua dari sembilan Wali Songo, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria, meninggalkan nilai-nilai religiusitas, budaya, tradisi, dan adat istiadat, yang menjadi inspirasi gerak kehidupan masyarakat Kudus. Bahkan, nilai-nilai religiusitas, budaya, tradsisi, dan adat istiadat itu dirasakan telah mengurat akar dalam dinamika kehidupan masyarakat Kudus hingga dewasa ini.

Salah satu cerita rakyat, yang tak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Kudus, terutama terkait dengan keberadaan Sunan Muria, adalah cerita rakyat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Hingga kini, cerita rakyat Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku ini menjadi sumber spiritualitas kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Karena, dalam cerita itu mengandung nilai didik, baik dalam bidang agama/religi, moral, sosial, maupun bidang budaya. Dalam bidang agama/religi, menanmkan sikap untuk memercayai dan meyakini bahwa semua yang hidup di dunia pasti akan mati. Sehingga, setiap manusia harus meningkatkan keimanannya. Dalam bidang moral, meliputi tentang peraturan-peraturan, tingkah laku, tata krama yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila masyarakat. Di samping itu, menanamkan sikap untuk dapat menahan hawa nafsu.

Dalam bidang sosial, menamkan sikap untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Karena dengan memaksakan kehendak kepada orang lain, akan menimbulkan dapat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam bidang budaya, menanamkan sikap untuk memercayai dan meyakini bahwa apa yang telah diperintahkan orang tua tidak boleh dibantah/diabaikan. Menurut budaya Jawa, membantah/mengabaikan perintah orang tua akan mendapatkan azab, atau dalam bahasa Jawa diistilahkan kuwalat.

Sinopsis:
Sunan Muria, terkenal sebagai penyebar agama Islam, yang memiliki pondok pesantren. Di samping menguasai secara dalam pengetahuan tentang ke-Islam-an, Sunan Muria juga terkenal menguasai ilmu kanuragan. Itulah sebabnya, banyak santri dari berbagai tempat yang berguru kepada Sunan Muria.

Salah satu santri Sunan Muria yang pandai dan berwajah tampan adalah Raden Bagus Rinangku. Raden Bagus Rinangku, putra bangsawan Mataram. Dan, karena kepandaian dan ketampanannya itu, salah satu putri Sunan Muria jatuh cinta. Ia bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih, yang cantik jelita.

Kedua muda-mudi itu akhirnya berjanji sehidup semati. Akan tetapi, janji kesetiaan itu didengar oleh Sunan Muria. Sunan Muria tidak mengizinkan hubungan mereka karena Raden Ayu Dewi Nawangsih telah dijodohkan dengan Cebolek, santri yang berasal dari Desa Kajen, Kabupaten Pati. Akan tetapi, Raden Ayu Dewi Nawangsih tidak menyukai Cebolek.

Karena hububugan Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku semakin menjadi-jadi, Sunan Muria akhirnya memberikan tugas-tugas yang berat untuk Raden Bagus Rinangku agar mereka berpisah. Tugas yang pertama, Raden Bagus Rinangku harus memberantas para perampok yang ada di sekitar Muria. Maksud Sunan Muria, biarlah Raden Bagus Rinangku tewas oleh para perampok yang terkenal kejam itu. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya, Raden Bagus Rinangku mengalahkan para perampok itu.

Maka, Sunan Muria memberi tugas yang lebih berat lagi. Yakni, Raden Bagus Rinangku disuruh menjaga padi dari serangan burung-burung, yang ada di Dukuh Masin, Kandangmas. Tetapi, kesempatan itu justru dimanfaatkan oleh Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku untuk memadu asmara. Gerak-gerik mereka ternyata diikuti terus oleh Cebolek. Apa yang dilihat Cebolek dilaporkan kepada Sunan Muria dengan ditambahi hasutan-hasutan.

Mendengar laporan itu, Sunan Muria akhirnya membuktikan sendiri, datang ke Dukuh Masin. Benar yang dilihat Sunan Muria, Raden Ayu Dewi Nawangsih sedang memadu asmara dengan Raden Bagus Rinangku. Oleh karena itu, Sunan Muria melepaskan panah ke arah Raden Bagus Rinangku. Tewaslah Raden Bagus Rinangku. Melihat kekasihnya mati, Raden Ayu Dewi Nawangsih menubruk tubuh kekasihnya itu. Naas, panah yang menembus dada Raden bagus Rinangku hingga ke punggungnya, menembus dada Raden Ayu Dewi Nawangsih. Tewaslah is serupa kekasihnya.

Kematian kedua muda-mudi itu menggemparkan masyarakat Dukuh Masin. Itulah sebabnya, ketika acara pemakaman keduanya, masyarakat Dukuh Masin berdatangan turut memberi penghormatan terakhir. Bahkan, tentara Mataram pun berdatangan. Hingga usai pemakaman, orang-orang, termasuk tentara Mataram, masih terlarut dalam suasana duka yang senyap. Melihat suasana itu, Sunan Muria berucap, orang-orang itu berdiri diam seperti pohon jati. Maka, berubahlah orang-orang menjadi pohon jati mengelilingi makam.

Sejak itu, masyarakat Dukuh Masin Khususnya dan masyarakat pada umumnya, meyakini makam Raden Ayu dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, keramat. Mereka datang berziarah, untuk menyampaikan permohonan kepada Sang Khalik dan mengungkapkan rasa syukur karena usaha/keinginan terwujud. Tradisi begitu hingga kini tetap berlangsung.

Fragmen-fragmen:
  • Keluarga Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, Putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama sewaktu kecil, Raden Prawoto. Beliau salah satu anggota Wali Songo, penyebar agama Islam di Jawa. Karena tempat tinggal dan padepokannya di atas gunung sekitar Muria, maka beliau sampai sekarang dikenal dengan nama Sunan Muria. Sunan Muria menikah dengan seorang wanita jelita bernama Dewi Sujinah, Putri Sunan Ngudung. Di samping memiliki putra bernama Pangeran Santri, Sunan Muria juga mempunyai putri, bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih, yang cantik jelita.

Sebagai putri seorang Sunan, Raden Ayu Dewi Nawangsih, hidupnya selalu didampingi oleh dayang-dayang. Dayang-dayang bertugas memberi pelayanan kepada Raden Ayu Dewi Nawangsih, mulai dari makanan, minuman, sampai persiapan-persiapan untuk berhias diri. Raden Ayu Dewi Nawangsih, salah satu kesenangannya memang merias diri.

  • Padepokan Sunan Muria
Padepokan Sunan Muria dibangun di atas gunung sekitar Muria. Suasana lingkungan padepokan yang asri dan selalu segar, sangat efektif bagi Sunan Muria memberikan pelajaran Islam, tetapi juga belajar tentang ilmu kanuragan. Mereka tidak hanya datang dari Kudus, tetapi ada yang datang dari tempat-tempat jauh. Seperti santri Cebolek, ia berasal dari Kajen, desa yang berada di wilayah Pati. Ada juga yang berasal dari keluarga bangsawan Mataram, yakni santri Raden Bagus Rinangku.

Beragamnya latar belakang santri-santri Sunan Muria, menunjukkan bahwa padepokan Sunan Muria bersifat inklusif, terbuka bagi semua. Padepokan dengan demikian menjadi media membangun hubungan sosial kemasyarakatan secara akrab, dari berbagai lapisan masyarakat.

  • Prajurit Mataram
Prajurit Mataram gagah perkasa. Telah terbiasa menghadapi musuh-musuh yang kejam. Tetapi, karena kepiawaian berstrategi perang dan semangat nasionalisme yang tinggi, sekuat apa pun musuh dapat dihalau. Di antara mereka ada Raden Bagus Rinangku, yang gagah, pintar, dan tampan. Meski begitu, Raden Bagus Rinangku tetap ingin mengenyam banyak ilmu. Maka, ia pun berguru kepada Sunan Muria, menjadi santri di padepokannya. Raden Bagus Rinangku putra seorang bangsawan Mataram.

  • Penduduk Dukuh Masin
Penduduk Dukuh/Dusun Masin, keberadaannya tak jauh berbeda dengan penduduk ketiga dukuh/dusun lain yang berada di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Desa Kandangmas, yang luasnya sekitar 1.291.392 hektar itu, terdiri atas tanah sawah, tanah kering, dan tanah fasilitas umum. Sehingga, lahannya sangat potensial untuk perkebunan dan pertanian.

Itulah sebabnya, penduduk Kandangmas, termasuk penduduk Dukuh Masin, bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh industri, buruh bangunan, buruh angkut; dan beberapa menjadi pengusaha, pegawai negeri (sipil/TNI), pensiunan. Mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh industri karena di Kabupaten Kudus banyak terdapat industri seperti indistri rokok, jenang, konveksi, dan lain-lain.

Merasa keberlangsungan hidupnya tak dapat lepas dari keberagaman alam, lingkungan, bahkan warisan leluhur, masyarakat Dukuh Masin sangat menghormatinya. Menjadikan alam, lingkungan, dan warisan pendahulu itu sebagai spirit hidup hingga sekarang. Masyarakat merasa kurang sejahtera, kurang nyaman, kurang lengkap hidupnya jika tidak membangun komunikasi secara intensif dengan alam, lingkungan, dan tradisi-tradisi lokal.

Melalui ikhtiar spiritual itu, masyarakat Dukuh Masin khususnya dan masyarakat Desa Kandangmas umumnya, dapat menemukan nilai-nilai kearifan lokal. Yang, dapat menuntun hidup menuju jalan-jalan benar Sang Khalik.

  • Makam Masin; Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku
Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku berada di dalam cungkup, yang ditutup dengan kelambu/luwur berwarna putih. Di dalam cungkup tersebut beraroma harum bunga yang digunakan untuk berziarah di makam tersebut. Makam tersebut terletak di daerah pegunungan, di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, yang dikelilingi pohon-pohon jati. Konon, pohon-pohon jati itu jelmaan pelayat Raden Ayu Dewi Nawangsih dan raden Bagus Rinangku, karena disabda oleh Sunan Muria.

Oleh karena itu, pohon-pohon jati itu dikeramatkan oleh masyarakat, tak hanya masyarakat Desa kandangmas, tetapi juga masyarakat luar. Sehingga, tidak ada seorang pun berani mengganggu keberadaan pohon jati tersebut. Karena kondisi makam dikelilingi banyak pohon jati yang besar-besar, keadaan makam tampak indah dan sejuk, suasana hening, apalagi ditimpuh kicau burung, jelas menambah ketenangan dan kekhusukan para peziarah.

Makam itu banyak dikunjungi peziarah pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Peziarah umumnya mendoakan arwah Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Selain itu, mereka berdoa untuk meminta keselamatan, mendapatkan jodoh, meminta rezeki, dagangan laris, dapat pekerjaan, sembuh dari sakit, sawah bisa panen, dan lain-lain. Doa-doa itu mereka yakini terkabul karena mereka menganggap Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku dekat dengan Allah.

Hingga kini, masyarakat masih memiliki keyakinan bahwa hajatan akan berjalan lancar jika masyarakat mengadakan “manganan” di makam itu. Baik itu hajatan hendak membuat rumah, menikah, maupun khitanan. Bahkan, kalau selesai membangun rumah, masyarakat akan merasa sejahtera jika mengadakan syukuran di makam tersebut dengan memotong kambing di lokasi pemakaman. Masyarakat masa kini, modern, memiliki spirit yang kuat dalam menjalani keberlangsungan hidup manakala mengadakan laku ritual.

  • Sedekah Kubur
Sedekah kubur di makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Masin tepat sebelum memasuki Ramadhan. Dalam sedekah kubur ini, masyarakat umumnya membawa ingkung ayam dan tumpeng. Ingkung ayam yang terkumpul sangat banyak. Bahkan, biasanya sebagian paha ingkung ayam dikumpulkan menjadi satu dibentuk menyerupai gunung. Hadir dalam acara sedekah kubur para pejabat pemerintah daerah setempat.

Orang-orang keturunan Dukuh Masin, meskipun telah menetap di luar daerah, dalam acara sedekah kubur, tetap hadir. Masyarakat Dukuh Masin berkumpul dalam spirit yang sama menjelang Puasa saat sedekah kubur. Yakni, menentramkan benak menyongsong kedatangan bulan suci, Ramadhan.


Menara Kudus "the holy tample"

           Mengunjungi Kota Kudus belum lengkap  rasanya tanpa  mengunjungi  Menara Kudus.  Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi  icon Kota Kudus. Pengin tahu lebih lengkap? Simak pemaparannya berikut ini.
       Masjid  Menara Kudus dikenal  juga dengan nama Masjid Al-Aqsa atau Masjid Al-Manar Berdasarkan prasasti pada sebuah batu berukuran panjang 46 cm dan lebar 30 cm yang terletak pada mihrab,kita bisa mendapatkan 4 informasi : yang pertama nama masjid ini adalah Al-Aqsa, yang kedua Masjid ini bertempat di Al-Quds (Kudus) yang ketiga masjid ini didirikan tgl 19 Radjab 956H atau 24 Agustus 1548 dan yang terakhir masjid ini didirikan oleh Syech Dja'far Shodiq (Sunan Kudus) . Konon  batu ini diambil langsung dari Baitul Maqdis di Palestina.
            Masjid ini terletak di desa Kauman Kec. Kota sekitar  1,5 km arah barat alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Mudah dijangkau dari berbagai arah. Tetapi untuk peziarah yang menggunakan bus harus parkir di lokasi parkir desa Bakalan Krapyak sekitar  1,5 km dari lokasi. Untuk sampai ke Masjid  Menara bisa menggunakan jasa ojek  atau angkutan wisata  atau kalo mau jalan kaki juga bisa.
Di pintu masuk masjid terdapat sebuah gapura yang mirip dengan bangunan candi-candi yang ada di Jawa Timur, penduduk menyebutnya sebagai Lawang Kembar.Ada cerita yang menyebutkan bahwa gapura tersebut  berasal dari peninggalan kerajaan Majapahit. Dikomplek masjid terdapat sebuah kolam peninggalan purba yang dijadikan tempat  wudhu pria, ada 8 buah pancuran  berbentuk kepala arca yang konon mengadopsi keyakinan agama Budha tentang Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

MENARA KUDUS
            Memasuki area masjid kita akan dibuat  terpesona dengan adanya sebuah menara disebelah masjid. Menara ini tingginya sekitar 18 meter dan di bagian dasarnya berukuran 10 x 10 m, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah, 20 buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang diperkirakan dibuat pada tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian yaitu Kaki, Badan dan  Puncak bangunan. Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen, konon direkatkan dengan cara menggosokkan batu bata sampai rekat.  Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat soko guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk. Pada bagian puncak atap tajuk terdapat semacam mustoko (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada elemen arsitektur Jawa-Hindu
           Di bagian belakang masjid terdapat komplek makam Sunan Kudus beserta kerabatnya. Pintu masuk menuju makam ada di sebelah selatan masjid. Setelah melewati gapura pertama kita akan melalui pintu masuk kedua. Disini terdapat bangunan-bangunan yang menyerupai paseban. Yang terbesar dulunya dipakai Sunan Kudus sebagai tempat pertemuan dan tempat memberikan wejangan kepada santri-santrinya. Disebelah utara bangunan ada gapura kecil menuju komplek makam Sunan Kudus. Komplek pemakaman ini terdiri dari beberapa komplek pemakaman kecil yang masing-masing memiliki hubungan  dengan Sunan Kudus. Ada  komplek pemakaman  putra-putri Sunan Kudus, ada komplek pemakaman para panglima perang dan yang terbesar adalah komplek pemakaman Sunan Kudus sendiri. Uniknya semua pintu masuk tiap komplek adalah gapura yang lebih mirip dengan candi. Bahkan dinding pagar yang mengitarinya juga tersusun dari bata merah seperti candi. Ini merupakan komplek pemakaman Islam yang bercorak Hindu.
       Komplek pemakaman Sunan Kudus ini setiap harinya tidak pernah sepi dari para peziarah yang berdatangan dari berbagai tempat.Puncak keramaian terjadi tiap tanggal 10 Syura saat acara Buka Luwur atau penggantian kain di komplek makam Sunan Kudus. Penduduk biasanya berebut nasi yang dibagikan dengan dibungkus daun jati. Konon ceritanya nasi ini bisa membawa berkah sehingga ada yang menjemurnya kemudian dicampurkan sedikit-sedikit tiap kali masak nasi.

Replika Menara berbahan "Jenang Kudus"
 Masjid Menara Kudus merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan sekarang ini masuk dalam salah satu cagar budaya yang wajib dijaga kelestariannya. Replika menara Kudus dibuat oleh Perusahaan Jenang Kudus cap “Menara” merupakan replika terbesar berbahan kue yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). Bahkan tugu identitas Kudus yang terletak di utara Kudus Extension Mall juga mengadopsi arsitektur dari Menara Kudus. Tertarik ?.. Datang aja sendiri ke lokasi.  

Parijoto membuat anak lahir cantik

Kalo kita berwisata ke Gunung Muria akan kita temukan sesuatu yang unik disana. Akan banyak kita jumpai pedagang yang menawarkan buah yang tidak terdapat ditempat lain yaitu parijoto. Parijoto merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-2 meter, berdaun tunggal  berbentuk lonjong  dengan panjang 10-20 cm, bisa juga dijadikan tanaman bunga karena mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan khusus. 

Tanaman ini tumbuh di wilayah pegunungan  dengan ketingian 800 – 2300 m dari pemukaan laut serta memiliki kelembaban udara dan tanah berhumus tinggi. Nama latinnya adalah  “Medinella speciosa L.” Dikalangan masyarakat pedesaan (terutama yang berada di wilayah dataran tinggi), Parijoto terkenal akan manfaatnya yang sangat beragam. Selain ampuh sebagai obat sariawan, tanaman ini juga terbukti mampu menanggulangi penyakit diare dan sangat dianjurkan bagi ibu hamil.
Dari hasil uji ilmiah ternyata buah parijoto memiliki kandungan bahan kimia saponin,  kardenolin dan flavonoid sedangkan  daunnya mengandung tanin. Dengan unsur-unsur senyawa yang terdapat di dalamnya, buah parijoto memang sangat baik jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Flavanoid  sendiri  merupakan senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Parijoto yang masih muda  buahnya berwarna  merah muda, sedangkan kalau sudah tua/masak akan berwarna ungu kemerahan. Buah parijoto rasanya agak sepet, bisa dimakan langsung atau  dirujak untuk mengurangi rasa sepetnya.
Bagi ibu-ibu yang sedang hamil buah ini dipercayai bisa membuat bayi  yang dilahirkan nantinya akan memiliki paras yang rupawan karena itu buah ini banyak dicari. Hal ini bermula dari suatu cerita bahwa pada zaman dulu ada seorang ibu muda yang sedang hamil datang ke Sunan Muria. Ia meminta agar  bayi yang dikandungnya bila lahir kelak diberi kesehatan dan keselamatan serta mempunyai paras yang cantik/elok atau tampan. Sunan Muria kemudian memetik buah parijoto yang banyak terdapat di lereng  Gunung Muria dan memberikannya kepada ibu muda yang sedang hamil tersebut. Selang beberapa waktu ibu muda tersebut melahirkan bayi yang sangat rupawan. Hingga akhirnya berita tentang buah parijoto yang berasal dari Gunung Muria berkhasiat untuk ibu hamil pun menyebar luas dan dipercaya hingga sekarang.
                Parijoto biasanya mulai berbuah antara bulan Maret hingga Mei. Satu tangkai kecil Parijoto biasa dijual seharga Rp 5.000 , kalau  setangkai agak besar harganya  Rp 10.000 , sedangkan satu ikatnya seharga Rp. 20.000,- terang Muti’ah pedagang asal Desa Japan yang sudah berjualan selama lebih dari sepuluh tahun dan biasa buka dari jam 08.30 - 17.00 sore. Ini tergantung juga dengan kepandaian kita dalam menawar. 
buah Parijoto matang
Kingdom:
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio:
Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio:
Magnoliophyta (berbunga)
Kelas:
Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas:
Rosidae
Ordo:
Myrtales
Familia:
Melastomataceae
Genus:
Medinella
Spesies:
Medinella speciosa L.

Ciri fisik :
Merupakan tanaman perdu, tegak, tinggi 1-2 meter, berdaun tunggal panjang 10-20 cm.

Ekologi dan penyebaran :
Merupakan tumbuhan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan dan kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei.

Selain di lereng Gunung Muria parijoto juga terdapatdi lereng Ungaran,di daerah dataran tinggi Dieng yaitu di daerah Gunung Perahu,  Pegunungan Pakuwojo,dan  Pegunungan Nganjir

Bagian yang digunakan :
Daun dan buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.
Khasiat dan kegunaan:
Obat sariawan : buah parijoto segar sebanyak 5 gr dicuci bersih kemudian ditumbuk halus dan dilarutkan dalam 100ml air matang. Gunakan untuk berkumur-kumur, sisanya bisa diminum.
Obat diare : daun parijoto segar sebanyak 20 gr dicuci bersih, direbus dengan 400ml air sampai mendidih selama 15 menit kemudian disaring. Setelah dingin diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
Pengin punya anak cantik/tampan ? Tidak ada salahnya kalau anda mencoba buah parijoto dari Gunung Muria.




Wisata alam Air Tiga Rasa di Rejenu


      Objek wisata Rejenu terdapat di desa Japan sebelah utara namun penduduk menyebut kawasan ini dengan nama Rejenu. Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 1150 meter dpl terletak di pegunungan Argo Jembangan sekitar 3 km dari Pesanggrahan Colo. Bagi yang suka bertualang bisa saja ditempuh dari air terjun monthel naik menyusuri  jalan setapak dihutan. Jalannya agak licin tapi ini merupakan keasyikan tersendiri. Namun bagi anda  yang tidak ingin repot  tersedia jasa ojek melalui route desa Japan dengan tarif yang terjangkau. Cukup 10 menit  anda akan sampai lokasi karena jalannya sudah dipelebar dan dilapisi beton.
        
       Setelah sampai di lokasi kita akan melalui gapura pintu masuk mirip candi yang tersusun dari batu bata merah. Di lokasi ini   anda bisa mencoba merasakan kesegaran air pegunungan yang keluar dari  tiga buah mata air . Konon, awalnya terdapat empat sumber mata air, namun untuk menghindari pengunjung melakukan ritual yang menyimpang dari ajaran Islam, salah satu sumber ditutup karena air tersebut dipercaya bisa mendatangkan berkah. Meskipun berdekatan  namun rasa dari 3 mata air tersebut berbeda-beda.Menurut mitos penduduk  jika minum dari sumber air pertama yang rasanya tawar-tawar  masam dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jika minum dari sumber mata air kedua yang ditengah rasanya mirip minuman ringan bersoda dipercaya dapat menenangkan jiwa dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi  persoalan hidup. Sedangkan sumber mata air yang ketiga tingkat keasamannya lebih tinggi  bahkan mirip minuman keras sejenis tuak, air ini  dipercaya berkhasiat untuk memperancar  rizki. Kalo ingin membawa pulang kita bisa membeli botol bekas air minum dari pedagang dilokasi tersebut.

       Di dekat lokasi air tiga rasa tersebut kita bisa menjumpai makam Syech Hasan Sadzali. Beliau adalah salah seorang ulama dari Timur Tengah yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa. Makam  ini juga banyak diziarahi orang terutama malam Jum’at dan Minggu serta hari besar Islam, bahkan ada pengunjung yang bermalam disini biasanya mereka ingin menyepi dan mencari ketenangan bathin.
Konon Syech Hasan Sadzali pernah menghadap Sunan Muria, oleh beliau disarankan agar   menuju ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya didaerah Rejenu. Kehadiran Syech Hasan Sadzali menarik minat banyak santri untuk menuntut ilmu. Karena jumlah santri terus bertambah Syech Hasan Sadzali beserta penduduk sekitar berinisiatif membangun mushola. Dibawah mushola itulah terdapat air tiga rasa yang dulunya dijadikan tempat mengambil air wudhu . Istilah air tiga rasa sebenarnya daTang dari para musyafir yang mampir ke tempat ini dan meminum  air dari ketiga sumber mata air tersebut.
Museum Kretek Kudus, wahana wisata sejarah

Museum Kretek Kudus terletak Jl. Getas Pejaten No.155 desa Getas Pejaten Kec. Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah Museum ini didirikan bertujuan untuk menunjukan bahwa Kudus merupakan saah satu pusat perkembangan industry rokok kretek di Indonesia.Dulunya Kudus harus bersaing dengan kota-kota di Jawa Timur untuk bisa mendapatkan sebutan Kota Kretek. Museum ini diresmikan pembukaannya oleh Gubernur  Jawa Tengah H. Soepardjo Roestam pada tgl 3 Oktober 1986. Di museum ini diperkenalkan mulai dari sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern.
Museum Kretek merupakan satu-satunya museum rokok di Indonesia, meskipun sekarang ini di Surabaya sudah ada House of Sampoerna.Di museum ini terpampang tokoh-tokoh yang berperan besar dalam memajukan industri rokok di Kudus seperti Nitisemito (rokok Bal Tiga), M.Atmowidjojo (rokok Goenoeng Kedoe), HM Makroef (rokok Djamboe Bol) HM Muslich (rokok Delima) H. Ali Asikin (rokok Djangkar) dan tokoh lainnya.

diorama museum kretek
Bangunan Museum Kretek ini menempati lahan seluas 2 hektar . Di depannya ada bangunan berasitektur rumah adat Kudus . Di dalam museum terdapat diorama patung-patung yang menggambarkan kehidupan dan kegiatan petani tembakau serta buruh pabrik rokok di Kudus.Ada juga berbagai macam alat dan perlengkapan pembuatan rokok. Patung-patung ini merupakan hasil karya seniman-seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik.Nantinya pada acara-acara  atau pada saat ada kunjungan khusus akan dihadirkan “Pojok Buruh Kudus” Pengembangan itu akan menampilkan sosok buruh rokok yang sedang melinting atau membatil dan para pengunjung bisa berdialog dengan mereka.Ini akan memberikan sentuhan social humanis bagi pengunjung. Sebelumnya Museum Kretek telah menggarap Pojok Kehidupan Kewirausahaan Nitisemito. Pojok itu berisi tentang peninggalan-peninggalan raja kretek Kudus Nitisemito, seperti mesin ketik, surat-surat perdagangan, dan strategi-strategi promosi.
Selain taman yang indah museum kretek kini dilengkapi dengan fasilitas wisata keluarga seperti kolam renang,, waterboom,tempat parkir yang luas, taman bermain anak, mushola dan fasilitas penunjang lainnya.Pembangunannya sendiri menghabisan dana tidak kurang dari 4 milyar. Dengan adanya berbagai fasilitas ini kunjungan wisatawan ke museum ini juga semakin meningkat. Tidak hanya wisatawan lokal bahkan mancanegara juga ada. Berdasarkan data Museum Kretek Kudus, wisatawan mancanegara yang berkunjung pada Januari-Juni 2012 sebanyak 90 orang. Mereka berasal dari Perancis, Belanda, Malaysia, Jerman, dan Korea. Sedangkan jumlah wisatawan lokal pada Januari-Juni 2012 sebanyak 22.962 orang
Museum Kretek dibuka tiap hari mulai jam 09.00-15.00WIB. Harga tiket masuk juga sangat murah, hanya Rp. 1500 pada hari biasa dan Rp. 2000 pada hari libur. Untuk wahana permainan waterboom harga tiketnya Rp. 15.000 untuk dewasa dan Rp 5000 untuk anak-anak, ada juga fasilitas mini movie ,untuk ini anda harus membayar Rp 20.000 per 15 menit untuk 20 orang. Untuk reservasi anda bisa menghubungi   (0291)440545.Murah meriah  bukan?..
Ini merupakan salah satu cara pemerintah Kabupaten Kudus  untuk menjadikan museum ini tidak hanya sebagai sarana belajar dan pemberi informasi tapi sekaligus sebagai  alternative hiburan keluarga.